PROLOG
Akhir Februari 2016 lalu rasa penasaran dan
keingintahuan saya tumpah secara tidak normal. Rasa itu muncul berbarengan
dengan keluarnya buku seri pamungkas Supernova milik penulis Dewi Lestari atau
lebih sering disebut Dee Lestari. Yap buku berjudul Inteligensi Embun Pagi (IEP)
adalah seri terakhir dari Supernova. Sebelumnya, tahun 2001 Mba Dee
mengeluarkan 5 buku pendahulunya, Kesatria Putri dan Bintang Jatuh, Akar,
Petir, Partikel dan Gelombang. Saya termasuk pembaca setia buku Dee Lestari,
mulai dari seri Supernova, perahu kertas, Madre, Filosofi Kopi, dan Rectoverso,
namun baru kali ini saya tertarik menulis review mengenai buku yang ditulis mba
Dee.
Menerangkan tokoh dan karakter secara unik,
menjabarkan sesuatu secara mendetil namun implisit, menuliskan teori-teori
dengan Bahasa yang sidikit membingungkan, dan membuat alur cerita yang sama
sekali tidak terduga oleh pembaca adalah karakter Dee yang saya tangkap dalam
buku-bukunya. IEP terbit sekitar 2 tahun setelah buku sebelumnya yaitu
Gelombang. Kenapa saya begitu menunggu-nunggu kehadiran buku ini? Yap karena
saya menginterpretasikan 5 buku sebelumnya adalah puzzle yang masih belum
lengkap dan terhubung, dengan hadirnya buku ini barulah puzzle-puzzle itu bisa
sempurna dan bisa dimengerti artinya.
REVIEW
Judul : Inteligensi
Embun Pagi
Penulis : Dewi Lestari
Tanggal Terbit : Februari 2016
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal Halaman : 724 hlm
Penulis : Dewi Lestari
Tanggal Terbit : Februari 2016
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal Halaman : 724 hlm
Lembar demi lembar saya membaca buku ini, hal
pertama yang saya harus katakan adalah “Jenius”. Rasa campur aduk yang saya
rasakan bener-bener bikin penasaran apa sebenarnya yang dipikirkan sang
penulis.
No More Chit Chat
Ya “no more chit chat” adalah kata yang tepat
untuk menggambarkan buku ini. Awalnya saya juga ragu apa IEP bisa menjadi seri
terakhir dari supernova, karena banyak sekali misteri yang belum terkuak di
buku-buku sebelumnya. Tapiiiiii buku ini menjawab keraguan saya mulai dari
lembar pertama. Basa-basi atau cerita pengantar di buku ini hampir ga ada,
mungkin semua pengantar udah kenyang dimasukin ke-5 buku sebelumnya. Istilah
yang akrab kita lihat di buku sebelumnya seperti Peretas, Infiltran, Sarvara,
Umbra, Asko, Antarabhava, dll langsung diceritakan secara lugas di buku ini.
Bagaimana cara Gio terbangun dari amnesianya,
perkenalan Kell dengan Alfa yang langsung terjadi di pesawat, Toni yang
langsung terbangun dari amnesia setelah melihat Foniks di Supernova, dan masih
banyak lagi yang diceritakan secara langsung tanpa adanya basa-basi.
Dikuliti Pelan Dan Tersusun Rapi
Yang ini sebenarnya masih ada hubungan nya
dengan no more chit chat tadi tapi ini lebih terstruktur dan rapih sekaligus
lebih menyayat.hehehe… Terlalu banyak tokoh utama di buku ini yang harus
diceritakan dan mungkin terbatasnya halaman pada buku menjadi salah satu alasan
mengapa misteri yang saya bilang puzzle tadi harus terkuak dan dikuliti secara bertahap.
Misteri-misteri mengenai hilangnya Diva,
pencarian Alfa terhadap Ishtar, keunikan Bodhi dari kecil, kemampuan terapis
nya Etra, pencarian zarah terhadap Firas dan lainnya dikupas secara perlahan
dan pelan oleh mba Dee. Dari segitu banyaknya misteri yang harus diungkap yang
saya kagumi adalah penempatan dan urutan cerita. Susunan dalam mengungkap
misteri tersebut sangat mulus dan tidak menciptakan missing link dalam
keseluruhan cerita, padahal ada banyak tokoh disana yang harus dibongkar
rahasianya dan dihubungkan menjadi satu cerita.
Full Of Surprises
Ini lah alasan yang membuat saya betah
berjam-jam membaca IEP walaupun mata sudah menolak untuk melihat huruf. “Gila”
kejutan-kejutan yang dituliskan mba Dee bisa membuat saya melongo dan ngomong “ko
bisa??” di dalam hati.
Siapa yang menyangka kalo Ibu Sati dan Simon
adalah seorang Sarvara, Toni, Diva, Rana, Bong, Ferre, dan Firas adalah peretas
dari gugus lain, Firas adalah anak dari Simon, Alfa yang melakukan penghianatan
dan mati karena strateginya, Gio adalah seorang peretas, Pak Kas adalah
infiltran, dan yang mengirim foto hasil jepretan Zarah ke perlombaan adalah
Ibunya sendiri.
Surprise tersebut juga menggambarkan betapa
jeniusnya si penulis untuk membelokan alur cerita yang sama sekali tidak
terpikirkan oleh pembaca.
Patah Hati
Kalo yang ini sebenarnya perasaan yang saya
alami sendiri setelah membaca IEP J
Anda mungkin akan mengalami hal yang sama
seperti saya apabila sudah menerawang lebih dahulu cerita akhir dari Supernova.
Cerita ini benar-benar diluar dugaan dan prediksi yang saya bayangkan. Beberapa
tokoh yang menurut saya penting untuk menyelesaikan puzzle di tenggelamkan dan
dimatikan begitu saja oleh mba Dee -dilakukan secara telak-.
Diva yang begitu superiornya di buku KPBJ tidak
terlihat signifikan peran nya di IEP. Begitu juga tokoh favorit saya “Firas”
yang di matikan peran nya dan menjadi ga berdaya di buku ini. Justru muncul
peran-peran baru yang sangat signifikan dan belum pernah terpikir sebelumnya,
seperti Gio, Toni, Liong, dan peran yang aktif lainnya. Begitu juga ending yang
bisa dibilang agak menggantung. Nasib si peretas puncak, pertemuan terakhir
Bong dan Ferre, dan cerita lainnya yang benar-bena membuat rasa ingin tahu memuncak.
Jadi apabila anda membaca buku ber seri yang
belum terbit buku terakhirnya jangan coba-coba untuk menerka dan menerawang
endingnya seperti apa, jika tidak siap-siap merasakan patah hati seperti yang
saya alami.hehehehe….
Kehilangan Ke Khasan Menulis
Banyak dari teman saya yang berpendapat di IEP
mba Dee telah kehilangan karakter menulisnya. Karakter yang dimaksud seperti
menerangkan teori-teori sains dengan detil dan menggunakan kalimat-kalimat
kiasan, menerangkan suatu fenomena dengan detil dan implisit, dan membuat
prolog atau pengantar yang bisa membuat pembaca menerawang dan membayangkan apa
yang sedang mereka baca.
Ya saya sependapat dengan ini, kehilangan
karakter mba Dee sangat terasa di buku ini, bahkan kalo saya bilang mba Dee
merubah gaya penulisannya dari Supernova 4,5, dan 6. Dimana kita tahu di Supernova
1,2,dan 3 penjelasan untuk menggambarkan sesuatunya mba Dee masih kental dengan
kalimat-kalimat kiasan dan implisit. Bagaimana ia menjelaskan badai serotonin, teori-teori
fisika, proses reinkarnasi, keindahan alam asia, serta ilmu misterius yang
dimiliki Elektra. Namun di buku sisa nya yang dijelaskan mba Dee sudah
eksplisit, lebih to the point, dan dengan Bahasa yang sederhana.
Tapiiiii sekali lagi menurut saya ini adalah
bagian dari kejeniusan si penulis. Menulis 6 seri buku dalam jangka waktu 15
tahun pasti butuh riset yang lama, pencerahan yang bagus, dan strategi yang
matang. Bayangkan ke 6 buku seri supernova ditulis dengan cara yang sama
seperti buku 1,2,dan 3, mungkin waktu yang dibutuhkan tidak 15 tahun bisa jadi
lebih lama dari itu karena membutuhkan riset yang lama, pencerahan untuk
mengeluarkan kata-kata yang keren, sampai strategi menyusun cerita yang baik.
So, IEP memang cocok disebut “Seri Pamungkas”
untuk Supernova. Semua misteri yang ada di buku terdahulu terkuak di IEP ini.
Untuk rekomendasi, buku ini sangat layak untuk dibaca agar rasa keingintahuan
anda terhadap Supernova terobati dan kecintaan anda tentang genre Fiksi Ilmiah
lebih besar lagi.
Komentar
Posting Komentar