Langsung ke konten utama

JURNAL PERJALANAN TANJUNG PUTING



JURNAL PERJALANAN TANJUNG PUTING



Taman Nasional (TN) Tanjung Puting terletak di semenanjung Kalimantan Tengah. Di sini terdapat konservasi orangutan terbesar di dunia dengan populasi diperkirakan 30.000 sampai 40.000 orangutan yang tersebar di taman nasional dan juga di luar taman nasional ini. Selain itu TN Tanjung Puting juga merupakan cagar biosfer yang ditunjuk pada tahun 1977 dengan area inti TN Tanjung Puting seluas 415.040 ha yang ditetapkan pada tahun 1982.

Dengan status TN dan cagar biosfer TN Tanjung Puting ini dapat terjaga kelestariannya dan merupakan daya tarik salah satu wisata di Indonesia. Ini berbeda dengan konservasi orangutan yang terdapat di bagian Kalimantan lainnya di mana kita melihat orangutan di habitat buatan manusia.

Oke langsung aja guys saya mau share perjalanan saya tanggal 6 – 8 Februari 2016 ke TNTP.

Hari pertama diawali penjemputan dari bandara Iskandar di Pangkalanbun. Pangkalanbun merupakan kota kecil yang memiliki pelabuhan yang bernama Kumai. Penjemputan disesuaikan dengan kedatangan pesawat dari Jakarta sekitar jam 10.30 WIB. Setelah mendarat saya langsung bertemu guide yang akan memandu perjalanan selama 3 hari 2 malam di tanjung puting. Rombongan yang saya ikuti totalnya ada 6 orang termasuk saya.

Setelah semua berkumpul di bandara Pagkalanbun kami langsung dibawa menuju pelabuhan kumai menggunakan taksi bandara, kira-kira 15 menit jarak dari bandara ke pelabuhan. Pelabuhan Kumai tak sebesar yang saya bayangkan, ukuran pelabuhan termasuk kecil tapi banyak sekali kapal-kapal yang parkir disana, mulai dari kapal mewah, sedang, sederhana, sampai kapal dibawah sederhana atau kapal seadanya. Sambil menunggu guide mengurus tiket dan administrasi kami ber-6 dibawa langsung ke kapal dan orang disini menyebutnya dengan “klotok”. Penamaan klotok didasari karena bunyinya yang bising menyerupai suara “tok..tok…tok” -penjelasan dari guide kami-. Klotok yang kami tumpangi termasuk berukuran sedang, ada 2 lantai dimana lantai bawah digunakan untuk ruang pengemudi, dapur, kamar mandi, dan lantai atas digunakan untuk kegiatan kami makan, tidur, serta santai-santai.

                                                                            Pelabuhan Kumai

Guide kami bernama mas Zulham, dari penilaian saya mas Zulham termasuk guide yang sangat berpengalaman untuk perjalanan ke tanjung puting, mas Zulham juga menguasai Bahasa inggris, Indonesia, Banjar, dan Dayak, dan ternyata mas Zulham ini dulunya pernah menjadi ranger di Taman Nasional Tanjung Puting. Sekitar jam 11.00 kami diberangkatkan dari pelabuhan kumai menuju camp pertama yaitu camp Tanjung harapan. Perjalanan memakan waktu cukup lama yaitu sekitar 2 jam. Dalam perjalanan kami benar-benar disuguhkan pemandangan-pemandangan yang diluar dugaan, bisa melihat burung-burung yang entah apa namanya, buaya, monyet liar sampai bekantan.

Setelah sampai di camp tanjung harapan, sekitar jam 14.00 mas Zulham mnyuruh kami bersiap-siap untuk tracking ke dalam hutan menuju feeding station. Track yang di lalui cukup ringan dengan jalan datar dan tanah gambut. Setelah sampai di feeding station kami disuguhkan pemandangan yang WOW,, sekitar 4 orangutan yang sedang asik menikmati buah yang sudah disiapkan para ranger untuk makan siang mereka. Kalo beruntung kita bisa sangat dekat dengan orangutan dan foto bareng mereka yang sedang keluar jalur untuk mencari makan.



                                                                            Feeding Station Camp tanjung Harapan

Jam 16.00 kami berjalan kaki kembali menuju klotok. Agenda selanjutnya adalah hunting foto dipinggir sungai sekonyer. Yang kami temui adalah banyak sekumpulan bekantan, monyet liar, bahkan kalo beruntung bisa bertemu buaya yang sedang nyebrang sungai atau sekedar sedang beristirahat di pinggir sungai. Setelah hunting selesai kami beritirahat di klotok sambal menikmati makan malam yang menunya luar biasa nikmat. Kegiatan selanjutnya ini yang saya tunggu-tunggu yaitu tracking malam hari menyusuri hutan di camp tanjung harapan. Karena ini malam hari kami di temani juga oleh ranger disana yang sangat berpengalaman dan hafal jalan. Di perjalanan malam banyak sekali yang dijelaskan oleh ranger yang saya lupa namanya.hehehe… Mulai dari hewan nocturnal yang biasa sering keluar, tanaman-tanaman obat, jamur yang bisa menyala dalam gelap, sampai tarantula, kalajengking dan kawanannya. Tracikng malam berlangsung sekitar 1 jam, sayangnya kami tidak begitu beruntung, yang kami temui hanyalah jamur yang bisa menyala dalam gelap, kalajengking, dan beberapa serangga raksasa.

Hari kedua kami dibangunkan oleh kicauan burung-burung yang sangat jarang terdengar di kota Jakarta. Udara pagi hari disana sangat sejuk, jadi sayang kalo ga dinikmatin. Setelah sarapan dan mandi, kami langsung dibawa menuju camp kedua yaitu Camp Pondok Tanggui. Di camp ini sama seperti camp sebelumnya, kami dwajibkan untuk tracking ke dalam hutan selama 30 menit menuju feeding station. Setelah sampai di feeding station kami bertemu orangutan bernama Albert. Albert bukan pejantan dominan di camp ini tapi melihat badannya yang besar seperti ga percaya ternyata ada lagi yang lebih besar dari Albert. Info dari ranger disana pejantan dominan sagat jarang terlihat pada saat pemberian makan, karena si dominan ini selalu berkeliling untuk mengecek daerah kekuasaannya. Pejantan dominan yang ada di camp pondok tanggui bernama Gundul. Jadi kalo kalian bertemu si dominan saat berkunjung ke camp maka disitulah kalian bisa disebut sangat beruntung.


                                                                          Feeding Station Camp Pondok Tanggui

Setelah puas berfoto-foto ria dengan orangutan di pondok tanggui kami langsung bergegas kembali ke klotok untuk menuju ke camp pamungkas, yaitu Camp Leakey. Butuh 1,5 jam dari pondok tanggui untuk mencapai ke camp leakey. Camp leakey ini menjadi camp terlaris bagi para pengunjung karena disana terdapat pusat informasi mengenai orangutan dan hewan-hewan liar lainnya, selain itu pejantan dominan disini yang bernama si Tom juga sangat terkenal dibanding dengan pejantan dominan di camp-camp sebelumnya.

Sesampainya di camp leaky kami langsung tracking menuju pos dan information center. Di information center ini benar-benar full of education, karena banyak sekali info-info yang saya ga tau sama sekali mengenai konservasi, orangutan, bekantan, dan hewan-hewan liar lainnya. Di camp leakey ini terasa agak sedikit berbeda dengan camp sebelumnya, karena dari pos saja kami sudah bisa melihat banyak sekali monyet-monyet liar yang menyambut dan ada sekawanan babi hutan yang sedang mencari makan. Mas Zulham membawa kami ke tempat feeding station dengan track yang berbeda dengan pengunjung lain alasannya agar tidak terlalu ramai di perjalanan. Track yang kami lewati sangat sepi dan agak menyeramkan, mas Zulham juga sangat banyak menerangkan mengenai hutan ini, dari pengalaman dia yang pernah tersesat sampai masuk ke sarang buaya. Di hutan ini juga kami menemui pohon beracun yang apabila tersentuh kulit akan menimbulkan infeksi seperti kulit terbakar. Serangga-serangga besar, babi hutan, serta monyet liar juga kami jumpai di track ini.

Saat perjalanan menuju feeding station tiba-tiba kami tersentak ketika melihat orangutan jantan yang sedang bengong di pinggir jalan. Ternyata nama dari orangutan itu adalah Gaja Mada. Kesempatan ini ga kami sia-siakan, langsung mengambil kamera dan mengabadikan si Gaja Mada. Orangutan ternyata sangat mirip dengan manusia, mereka memiliki karakter dan ciri khas yang berbeda-beda dan ciri khas tersebut dimilikinya tergantung pada saat kecil dengan siapa mereka dibesarkan.
                                                                                               Gaja Mada

Feeding station di camp leakey ternyata seperti yang diceritakan mas Zulham, disini ramai sekali pengunjung karena memang memiliki daya Tarik yang luar biasa. Dari mulai pemberian makan sampai selesai kami hampir tidak bisa mendekati garis pembatas karena saking banyaknya pengunjung yang berdesak-desakan. Setelah pemberian makan selesai, kami langsung kembali menuju klotok dan beristirahat sejenak. Kegiatan selanjutnya seperti biasa, memburu foto-foto hewan yang menjadi maskot Dufan itu. Selain memburu foto bekantan mas Zulham juga mencarikan tempat dimana kami bisa bermalam. 

                                                                                           Sekawanan Bekantan

Malam terakhir kami di Tanjung puting disuguhkan dengan puluhan oh bahkan ratusan oh mungkin ribuan kunang-kunang yang mempertontonkan kelap-kelip cahayanya didepan kami. Saking dekatnya kunang-kunang itu bisa kami pegang dan menempel di kulit. Sambil menikmati kunang-kunang suguhan makan malam yang disajikan juga menambah keindahan malam yang tidak pernah ditemui kalo kita sudah kembali ke Ibu Kota Tercinta.

Hari ketiga diawali dengan kicauan burung-burung dan matahari pagi. Ritual saya adalah naik keatas atap klotok, menyeduh kopi hangat, dan duduk santai selama 1 jam untuk mensyukuri apa yang telah didapat dan bisa dinikmati di Taman Nasional Tanjung Puting ini. Setelah sarapan dan bersih-bersih badan, kami kembali menuju pelabuhan kumai, perjalanan nya agak santai karena memang kami ingin menikmati hari terakhir dengan menelusuri keesotikan sungai sekonyer ini.


                                                                                       Keindahan Sungai Sekonyer

Sesampainya kembali di pelabuhan kumai, kami langsung dibawa oleh mas Zulham ke tempat oleh-oleh yang ada di pangkalanbun, tempat ini relatif kecil dan menjual semua yang berhubungan dengan Tanjung Puting. Agenda selanjutnya kami dibawa ke kota Pangkalanbun dengan mobil dan menuju ke rumah adat Dayak, sekali lagi mas Zulham mengeluarkan pengetahuannya tentang sejarah dan seluk beluk mengenai suku Dayak di Kalimantan. Setelah selesai kami diberikan cinderamata berupa gelang alam yang terbuat dari serat tumbuhan di tanjung puting. Dan spesialnya ini adalah buatan tangan dari mas Zulham sendiri, uniknya dari gelang ini adalah umur pakai nya yang bisa berusia 2 tahun.

Setelah selesai kami dikembalikan lagi ke bandara karena mengejar pesawat dengan keberangkatan jam 13.15. Di bandara inilah perjalanan kami selama 3 hari 2 malam di tanjung puting selesai dan saya merasa sangat puas dengan perjalanan ini, karena perjalanan ini bukan hanya untuk refreshing dari mumetnya dunia kerja semata tapi ternyata saya mendapatkan banyak pengetahuan mengenai ilmu konservasi, alam, karakteristik orangutan, sampai hewan-hewan liar yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Mungkin itu yang disebut dengan Ekowisata, yang tidak hanya mengedepankan keindahan alam tetapi juga memberikan pendidikan kepada pengujnjung tentang arti lingkungan dan konservasi.

Demikian pengalaman saya berekowisata ke Taman Nasional Tanjung Puting. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi kalian untuk menyadari betapa kayanya Indonesia dan berharganya lingkungan untuk kita semua.
                                                                          The team


Salam Lestari :)


Komentar

  1. Hi Eriska, nice article!
    Boleh minta contact info guide dan agennya Pak Zulham?
    Terima kasih....

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maintenance System

Maintenance , main-tenis, main-tenan dan beberapa istilah lainnya yang sering kita dengar. Semua istilah tersebut punya arti dan fungsi yang berbeda tergantung dari profesi yang mana yang mengartikan, tapi sebenarnya tujuan nya adalah sama. Kenapa saya mau bahas si Maintenance ini??? Biar ga bingung dan sebelum bahas maintenance saya mau jelasin terlebih dahulu tempat saya bekerja - Perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dan penghasil CPO ( Crude Palm Oil ) atau biasa kita sebut minyak keapa sawit-. CPO?? Iya CPO itu asalnya dari kelapa sawit yang diolah dan menghasilkan beberapa produk turunan seperti sabun mandi, sabun cuci, kosmetik, margarin, minyak goreng, dll. Di perusahaan tempat saya bekerja terdapat 5 divisi utama, diantaranya Tanaman, Pabrik, Teknik, Administrasi, dan SHE ( Safety Health and Environment ). Kebetulan saya berada di divisi Teknik/Engineering yang sangat berkaitan dengan maintenance system yang sebentar lagi akan saya bahas. Maintenance se

energy equivalency

Laboratory Work Result Wednesday, 28 th April 2010 Thermodynamics and Heat Transfer DETERMINATION OF ENERGY EQUIVALENCY FOR VARIOUS BIOMASS MATERIALS By : Ahmad Eriska Dwi Hutama Putra F14080122 DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY BOGOR AGRICULTURAL UNIVERSITY 2010 INTRODUCTION The energy equivalency of a material, also known calorific value, is the energy that can be released by the material per weight unit if it experiences a complete combustion. The released energy can be transferred to the surroundings measured by various apparatus such as the calorimeter and the Denwar vessel. The calorimeter generally comprises of a smaller vessel inside a large one, so that there is an empty spaces between the two that functions as an isolation for the heat transfer. A type of the calorimeter is the Bomb Calorimeter commonly used for the det

Teaser - Tanjung Puting National Park #Orangutantrip